kopi & telaga
Today I heard a motivational talk and it was on 'Kopi & Telaga'. I would like to share it with you. The story is more or less like this... (will continue in BM)
Ada seorang pemuda yang sentiasa merasakan yang dirinya sentiasa di timpa masalah & sentiasa merungut. Tiba2 datang seorang tua yang bijaksana bertanya kepada pemuda itu mengapa dia sentiasa merungut. Pemuda itu pun bercerita kepada orang tua itu yang dia sentiasa di timpa masalah dan merasakan ianya adalan beban yang amat besar. Orang tua itu kemudiannya memberi pemuda itu seggenggam serbuk kopi dan segalas air. Beliau menyuruh pemuda tersebut mencampurkan serbuk kopi tersebut kedalam segelas air dan mengacaunya hingga sebati, selepas itu disuruhnya pemuda itu untuk meminum air tersebut. "Apakah rasanya?" tanya si tua kepada pemuda itu. Tentulah jawapan pemuda itu, pahit.... Si tua bijaksana itu kemudian memberi lagi seggenggam serbuk kopi kepada pemuda tersebut dan menyuruhnya memasukkan ke dalam sebuah telaga & mengacaunya hingga sebati. kemudian si tua tersebut menyuruh pemuda itu meminum air dari telaga yang telah dicampur serbuk kopi. Pemuda itu pun mencedok segelas air dari telaga tersebut dan meminumnya. Si tua pun bertanyakan soalan yg sama kepada pemuda tersebut, "apakah rasanya", kali ini pemuda itu menjawab... "rasanya segar". "Ada kamu terasa kopi dalam air tersebut?" tanya si tua lagi. "Tidak" jawab si pemuda.
Si tua itu kemudiannya duduk disebelah pemuda itu dan berkata "Nak, dalam kehidupan ini masalah akan sentiasa datang kepada kita. Pahitnya kehidupan itu adalah seperti segenggam garam, tidak lebih dan tidak kurang. Jumlah dan rasa pahit itu adalah sama dan memang akan tetap selalu sama.
Dengan kasih sayang dan bijaksannya, kakek bijak menepuk-nepuk punggung pemuda itu, ia lalu mengajaknya duduk berhadapan, bersimpuh disamping telaga itu. Anak muda !, dengarlah, pahitnya kehidupan itu adalah layaknya segenggam garam, tidak lebih dan tidak kurang. Jumlah dan rasa pahit itu adalah sama dan memang akan tetap selalu sama.
"Tapi, kepahitan yang kita rasakan akan sangat tergantung dari 'bekas' atau 'alat' yang kita miliki. Kepahitan itu akan didasarkan dari perasaan tempat kita meletakkan segalanya. Itu semua akan tergantung pada hati kita. Jadi saat kamu merasakan kepahitan dan kegagalan dalam hidup, apa yang patut kamu lakukan? Lapangkanlah dadamu menerima semuanya. Luaskanlah hatimu untuk menampung setiap kepahitan itu. Hatimu, adalah 'bekas' atau 'alat' itu. Perasaanmu adalah tempat itu. Kalbumu, adalah tempat kamu menampung segalanya. Jadi, jangan jadikan hatimu itu seperti gelas. Jadikan ia seperti telaga yang mampu merendam setiap kepahitan dan merubahnya menjadi kesegaran dan kebahagiaan."
The motivator then went on to use the analogy of 'Ultraman', how when he fights the 'raksaksa', the raksasa is always bigger than Ultraman at first, and ultraman will face difficulties in trying to kill the monster. However, when he uses his power and transform to be bigger, he is always able to defeat the monster / 'raksaksa'. When ultraman transforms to be bigger, does the monster transform to be bigger too? NO... it doesn't. The monster's size remains the same, it's just Ultraman who changes in size... he becomes bigger.
That is how we are supposed to react when we are facing any problems, challenges or obstacles. Do not make them bigger... it is us, our heart, our mind that's supposed to be bigger because the problem will always remain in its 'size', it is us who actually makes it change...
So... like the wise always says... "Lapangkanlah dada, luaskanlah minda, InsyaAllah, segala masalah akan dapat di atasi."
I still remember the advice that my arwah grandfather gave to me and my husband on the day we got married "Masalah yang besar di kecilkan, masalah yang kecil jangan di besar-besarkan, yang tiada, jangan di adakan."
I guess the problem with all of us is that we always 'cari masalah' and also 'besarkan masalah yang kecil'. Do you not agree?
Ada seorang pemuda yang sentiasa merasakan yang dirinya sentiasa di timpa masalah & sentiasa merungut. Tiba2 datang seorang tua yang bijaksana bertanya kepada pemuda itu mengapa dia sentiasa merungut. Pemuda itu pun bercerita kepada orang tua itu yang dia sentiasa di timpa masalah dan merasakan ianya adalan beban yang amat besar. Orang tua itu kemudiannya memberi pemuda itu seggenggam serbuk kopi dan segalas air. Beliau menyuruh pemuda tersebut mencampurkan serbuk kopi tersebut kedalam segelas air dan mengacaunya hingga sebati, selepas itu disuruhnya pemuda itu untuk meminum air tersebut. "Apakah rasanya?" tanya si tua kepada pemuda itu. Tentulah jawapan pemuda itu, pahit.... Si tua bijaksana itu kemudian memberi lagi seggenggam serbuk kopi kepada pemuda tersebut dan menyuruhnya memasukkan ke dalam sebuah telaga & mengacaunya hingga sebati. kemudian si tua tersebut menyuruh pemuda itu meminum air dari telaga yang telah dicampur serbuk kopi. Pemuda itu pun mencedok segelas air dari telaga tersebut dan meminumnya. Si tua pun bertanyakan soalan yg sama kepada pemuda tersebut, "apakah rasanya", kali ini pemuda itu menjawab... "rasanya segar". "Ada kamu terasa kopi dalam air tersebut?" tanya si tua lagi. "Tidak" jawab si pemuda.
Si tua itu kemudiannya duduk disebelah pemuda itu dan berkata "Nak, dalam kehidupan ini masalah akan sentiasa datang kepada kita. Pahitnya kehidupan itu adalah seperti segenggam garam, tidak lebih dan tidak kurang. Jumlah dan rasa pahit itu adalah sama dan memang akan tetap selalu sama.
Dengan kasih sayang dan bijaksannya, kakek bijak menepuk-nepuk punggung pemuda itu, ia lalu mengajaknya duduk berhadapan, bersimpuh disamping telaga itu. Anak muda !, dengarlah, pahitnya kehidupan itu adalah layaknya segenggam garam, tidak lebih dan tidak kurang. Jumlah dan rasa pahit itu adalah sama dan memang akan tetap selalu sama.
"Tapi, kepahitan yang kita rasakan akan sangat tergantung dari 'bekas' atau 'alat' yang kita miliki. Kepahitan itu akan didasarkan dari perasaan tempat kita meletakkan segalanya. Itu semua akan tergantung pada hati kita. Jadi saat kamu merasakan kepahitan dan kegagalan dalam hidup, apa yang patut kamu lakukan? Lapangkanlah dadamu menerima semuanya. Luaskanlah hatimu untuk menampung setiap kepahitan itu. Hatimu, adalah 'bekas' atau 'alat' itu. Perasaanmu adalah tempat itu. Kalbumu, adalah tempat kamu menampung segalanya. Jadi, jangan jadikan hatimu itu seperti gelas. Jadikan ia seperti telaga yang mampu merendam setiap kepahitan dan merubahnya menjadi kesegaran dan kebahagiaan."
The motivator then went on to use the analogy of 'Ultraman', how when he fights the 'raksaksa', the raksasa is always bigger than Ultraman at first, and ultraman will face difficulties in trying to kill the monster. However, when he uses his power and transform to be bigger, he is always able to defeat the monster / 'raksaksa'. When ultraman transforms to be bigger, does the monster transform to be bigger too? NO... it doesn't. The monster's size remains the same, it's just Ultraman who changes in size... he becomes bigger.
That is how we are supposed to react when we are facing any problems, challenges or obstacles. Do not make them bigger... it is us, our heart, our mind that's supposed to be bigger because the problem will always remain in its 'size', it is us who actually makes it change...
So... like the wise always says... "Lapangkanlah dada, luaskanlah minda, InsyaAllah, segala masalah akan dapat di atasi."
I still remember the advice that my arwah grandfather gave to me and my husband on the day we got married "Masalah yang besar di kecilkan, masalah yang kecil jangan di besar-besarkan, yang tiada, jangan di adakan."
I guess the problem with all of us is that we always 'cari masalah' and also 'besarkan masalah yang kecil'. Do you not agree?
Comments
Nice story btw~
A bit confused with Ultraman jadi besar.. haha~